16.25, sore ini sedang hujan.
kami membahas tentang nikmatnya bercerita.
kami, bertiga, yang diantaranya lebih muda dan lebih tua dari saya.
berdiskusi bagaimana pemahaman orang orang tentang sebuah cerita.
bagaimana nikmatnya menceritakan sesuatu baik fiksi maupun realita dari sudut pandang kami.
bagaimana memandang suatu objek, kejadian, dengan cara berbeda.
inilah yang sedang kita bicarakan.
Dari Karl May, Pramoedya Ananta Toer, Dewi Lestari, Torey Hayden. berlomba lomba kami mengulas ceritanya.
hingga perbincangan seru ini membuat saya sadar.
apa yang sebenarnya kita cari di dunia ini? dan apa yang sudah kita dapat?
Sungguh hebat kuasa Tuhan.
Dia menyamaratakan pemberiannya kepada umat manusia, menyamaratakan
segala kebutuhan yang sebenarnya bisa didapatkan dengan mudahnya oleh manusia. Dari mulai panca indera: mata, telinga, hidung, mulut, kulit. hingga segala perintilan organ lain yang mendukungnya: otak, saraf, nadi, darah, alat bernapas, alat cerna dan sebagainya. Di luar tubuh manusia, masih ada energi, udara, cahaya, yang sebenarnya dengan cuma cuma Dia berikan. yang harusnya berlomba lomba manusia dapatkan, yang harusnya manusia sadari bahwa itulah yang benar benar kita butuhkan. karena hanya itu semua yang tetap abadi menemani sampai kita mati.
tapi manusia menyiakannya.
mereka lebih tertarik mengejar sesuatu yang bersifat sementara, bersifat fatamorgana. hingga panca indera mereka perlahan lahan mulai sekarat.
mata tidak lagi melihat dengan benar,
telinga tidak lagi mau mendengar,
mulut tidak pernah berkata jujur.
hingga mereka, yang harusnya mahluk paling sempurna dengan sebutan manusia justru malah memilih menjadi binatang. yang bisa bertingkah laku sama, memiliki organ yang sama tetapi tidak menggunakan akal. tidak menggunakan hati.
manusia lebih menikmati sesuatu yang instan, yang terlihat di depan mata. dengan sekejap mereka lahap tanpa rasa. mereka merasa tidak perlu proses yang membuat mereka benar benar matang dan dewasa. mereka kira mereka sudah benar. mereka kira mereka paling pintar.
sekarang saya tanya, sudah berapa banyak buku yang mereka baca?
Comments
Post a Comment